• logo nu online
Home Warta Nasional Jakarta Raya Dari Betawi Keislaman Sejarah Opini Literatur Obituari
Minggu, 28 April 2024

Akhlak Tasawuf

Harlah 1 Tahun NU Online Jakarta

Istidraj: Jebakan Kenikmatan yang Menjerumuskan Manusia ke Dalam Kebinasaan

Istidraj: Jebakan Kenikmatan yang Menjerumuskan Manusia ke Dalam Kebinasaan
Ilustrasi: Uang (foto: Freepik.com).
Ilustrasi: Uang (foto: Freepik.com).

Istidraj, sebuah kata yang mungkin terdengar asing bagi sebagian orang. Namun, kata tersebut sangat penting untuk kita pahami. Istidraj merupakan bentuk tipu daya dari Allah SWT yang diberikan kepada seseorang yang sering melakukan maksiat dan jarang beribadah, namun hidupnya terus dilimpahi kenikmatan. Istidraj dapat terjadi dalam berbagai bentuk kenikmatan, seperti harta, kekuasaan, dan kedudukan. Manusia seringkali terlena dengan kenikmatan tersebut dan lupa bahwa semuanya adalah titipan dari Allah SWT.


Dalam Al-Qur’an Allah SWT mengingatkan :


وَالَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُوْنَ، وَاُمْلِيْ لَهُمْۗ اِنَّ كَيْدِيْ مَتِيْنٌ


Artinya: “Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. Dan Aku akan memberikan tenggang waktu kepada mereka. Sungguh,rencana-Ku sangat teguh” (QS. Al-‘Araf [7]: 182-183).


Banyak orang yang terjebak dalam istidraj karena mereka merasa bahwa kenikmatan yang mereka dapatkan adalah anugerah yang memuliakan. Padahal, sebenarnya kenikmatan tersebut adalah sebuah ujian yang harus dihadapi. Istidraj dapat membuat manusia lupa kepada Allah SWT dan merasa bahwa mereka tidak membutuhkan-Nya lagi. Istidraj seringkali menipu manusia dengan mengalihkan perhatian mereka dari kebenaran yang sebenarnya dan membutakan mereka terhadap bahaya yang mengintai di balik kenikmatan yang mereka rasakan. Contoh dari Istidraj dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika seseorang yang gemar melakukan maksiat, namun hidupnya terus dilimpahi kenikmatan. 


Seseorang yang tidak sholat, namun tetap merasa hidupnya baik-baik saja. Semua contoh-contoh tersebut adalah tanda-tanda Istidraj dari Allah SWT yang bisa menjadi jebakan bagi seseorang yang tidak menyadari bahwa kenikmatan yang diberikan Allah SWT sebenarnya adalah ujian. Oleh karena itu, kita harus selalu beribadah dan menghindari maksiat agar tidak terjebak dalam Istidraj.


Jika seseorang terjebak dalam Istidraj. maka ia akan merasa senang dan nyaman dengan kenikmatan dunia yang diberikan oleh Allah SWT, meskipun ia jarang atau bahkan tidak pernah beribadah. Hal ini dapat membuat seseorang semakin jauh dari Allah SWT dan semakin gemar dalam berbuat maksiat. Seseorang yang terjebak dalam Istidraj akan merasa hidupnya lancar-lancar saja, namun sebenarnya ia sedang diuji oleh Allah SWT. Istidraj dapat membuat seseorang lupa akan hakikat hidupnya dan tidak menyadari akibatnya. Hingga pada saatnya Allah akan mencabut semua kesenangan sampai mereka termangu dalam penyesalan yang terlambat.


Sebagaimana firman Allah SWT :


فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ


“Tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am: 44).


Untuk terhindar dari istidraj, kita perlu meningkatkan keimanan dengan selalu beribadah dan memperbanyak dzikir kepada Allah SWT. Selain itu, kita juga perlu berdoa kepada Allah SWT agar senantiasa diberikan hidayah dan perlindungan dari segala bentuk ujian, termasuk istidraj. 


Selalu mengerjakan amal sholeh dan berbuat baik kepada sesama juga dapat membantu kita terhindar dari istidraj. Selain itu, kita harus menjaga diri dari perbuatan maksiat dan selalu berusaha untuk memperbaiki diri. Tidak lupa juga, kita harus selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu waspada terhadap istidraj. 


Kita harus selalu mengingat bahwa semua kenikmatan yang kita terima berasal dari Allah SWT dan kita harus selalu bersyukur atas segala nikmat-Nya. Kita juga harus selalu mengingat bahwa dunia ini hanyalah sementara dan kita harus mempersiapkan diri untuk kehidupan yang abadi di akhirat. Manusia harus selalu mengingat bahwa kebahagiaan sejati hanya dapat ditemukan dalam keimanan kepada Allah SWT.


Artikel di atas merupakan karya dari Nurhasanah, peserta lomba artikel dalam rangka Harlah 1 Tahun NU Online. 


Akhlak Tasawuf Terbaru